Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Meraih Berkah Sahur

Meraih Berkah Sahur - Ali Zain Aljufri

Ali Zain Aljufri - Bulan Ramadhan penuh dengan berkah. Pahala bisa diraih bukan hanya melalui amalan yang bersifat ritual, bahkan amalan yang di luar Ramadhan pun hukumnya mubah dan bisa bernilai pahala, salah satunya adalah makan pada waktu sahur. Dalam Shahih Muslim, Imam Nawawi berkata:

“Para ulama sepakat bahwa makan sahur hukumnya mustahab.”
Itu berarti, makan pada pengujung malam yang kerap dianggap sepele ini, termasuk ibadah yang akan mendapatkan nilai pahala. Bahkan, bukan cuma pahala, santap sahur juga mengandung banyak hikmah. Hal itu tampak pada lafaz hadits:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda: “Bersahurlah kalian karena dalam sahur ada keberkahan.”
Hadits di atas menunjukkan makan menyimpan keberkahan. Berkah yang dimaksud dalam hadits ini mencakup perkara yang sifatnya ukhrawi ataupun yang sifatnya duniawi.

Makna barokah sendiri adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan. Artinya, orang yang melakukan sahur akan mendapat kebaikan dan kebaikan itu akan melahirkan rentetan kebaikan yang lain. Di antara berkah sahur yang paling kita rasakan adalah menguatkan fisik kita dalam menjalankan puasa. Bekal fisik yang kuat ini merupakan modal penting dalam mewujudkan amal kebaikan.

Ibadah-ibadah semisal baca Al-Qur’an, shalat sunnah, dzikir, dan lainnya akan terasa ringan melaksanakannya dengan kondisi fisik yang prima. Di sisi lain, ketika kita sahur, secara tidak langsung telah menunaikan kewajiban kita yang sangat fundamental, yaitu menyelisihi ciri khas ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani). Mereka berpuasa tanpa sahur. Rasulullah bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim)
Waktu sahur juga merupakan momen yang sangat istimewa. Pada saat itu Allah membuka lebar-lebar pintu ampunan-Nya. Siapa yang berdo’a akan dikabulkan do’anya. Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Allah turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam terakhir (waktu sahur) lalu berfirman, siapa berdo’a maka akan aku kabulkan, siapa yang memohon ampun, akan aku ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)
Memohon ampun pada waktu sahur juga merupakan ciri orang bertakwa. Allah berfirman:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.” (QS. adz-Dzariyat:18)
Jadi, waktu sahur adalah momen yang sangat berharga. Banyak kemurahan dan kasih sayang Allah yang tersaji pada saat itu. Dengan bangunnya kita untuk santap sahur, tentu akan sangat membantu dalam mengais kasih sayang dan kemurahan Allah pada waktu sahur tersebut.

Alangkah ruginya jika sahur ditinggalkan atau dilaksanakan tidak pada waktunya. Semisal makan pada awal atau pertengahan malam. Selain memang tidak relevan dengan makna sahur yang berarti makanan yang disantap pada pengujung malam, sahur pada awal atau pertengahan malam juga akan menjauhkan kita dari momen yang sangat berharga bagi seorang hamba. Wallahua’lam!

Post a Comment for "Meraih Berkah Sahur"