Sinar Keinginan di Tengah Pandemi
Ali Zain Aljufri - Keinginan itu ibarat sinar di kegelapan. Menjaganya merupakan daya, mematikannya merupakan keputusasaan. Yakinilah, pada segala masalah pasti ada jalan. Tiap-tiap kesusahan, pasti menemukan kemudahan. Tiap-tiap penyakit, pasti ada obatnya.
Ikhtiar semakin optimal, tabah dan bertawakal sembari terus mendekat pada Allah Subhannahu Wa Ta’ala Yang Maha Kuasa, menjadi kunci melalui semua ujian. Ujian senantiasa berujung pada dua, lulus atau gagal.
Bagi Anda yang mau dimuliakan, berusahalah untuk lulus, karenanya Allah Subhannahu Wa Ta’ala akan menganugerahkan kebaikan. Bagi Anda yang putus asa, gagal merupakan permulaan derita, tak cuma di dunia, melainkan hingga di alam baka.
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim tak menciptakan kemudahan datang sesudah kesusahan, melainkan sudah} menyiapkan kemudahan berbarengan dengan datangnya kesusahan. Allah Subhannahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah: 5-6)Kemudahan dan kesusahan itu benar-benar dekat jaraknya. Saking dekatnya, keduanya tidak terpisahkan satu sama lain. Tak perlu takut dengan kegelapan, sebab Allah Yang Maha Mengetahui membekali ilmu pengetahuan untuk melalui lorong gelap kehidupan. Jikapun ada sesuatu yang Allah Subhannahu Wa Ta’ala ambil dari kita, dikala yang sama, Allah akan memberikan yang lebih baik. Boleh jadi kita kekurangan sesuatu, di sisi lain kita akan diberi kelebihan. Semuanya yang demikian itu lembut dalam kehidupan. Saking lembutnya sehingga sering kali manusia luput menyadarinya.
Orang beriman takkan pernah putus keinginan. Senantiasa mempunyai potensi kreatif untuk menghadapi beragam problem dan tantangan. Waktunya tak dihabiskan untuk meratapi kejadian. Namun diaplikasikan untuk merancang kehidupan ketika ini, ataupun masa depan. Dunia belum hancur, masih banyak asa yang seharusnya dihasilkan.
Tak usah takut wabah, sebab Allah Subhannahu Wa Ta’ala pasti memberikan daya untuk menyembuhkan. Takutlah hilangnya keinginan dan hidup dikendalikan keputusasaan, sebab semenjak itu manusia sudah menghapus masa depan dan terlunta-lunta dalam ketidakpastian. Gagap menghadapi kehidupan dan ketakutan yang tidak sesuai diperoleh. Tidak ada ujian yang melampaui batas kesanggupan. Pasti ada hikmah dan pelajaran. Yakinlah, ada banyak nikmat di dalam tiap-tiap petaka.
Dengan ujian dan petaka, Allah Subhannahu Wa Ta’ala hendak mengangkat derajat seseorang di sisi-Nya. Dilipatgandakan seluruh kebaikannya, dan meniadakan dosa-dosanya. Sehingga manusia beriman berjalan di muka bumi tanpa catatan keburukan sebab dosa-dosanya. Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim itu semata-mata ditimpakan musibah dengan keletihan, kesulitan, penyakit, kesedihan, bahkan dengan tusukan sebuah duri sekalipun, kecuali Allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa dan kesalahan-kesalahannya.” (HR Bukhari)Renungkanlah, petaka yang dialami kala ini tidak sebanding dengan jutaan nikmat yang sudah diberi. Hakikatnya, baik petaka ataupun nikmat keduanya adalah ujian dari Allah Subhannahu Wa Ta’ala. Tak perlu larut dalam duka yang tak perlu. Berharaplah senantiasa terhadap Allah Yang Maha Kuasa, karena Dialah Zat Tunggal yang mengendalikan seluruh kehidupan.
Memang wabah Covid-19 masih belum berakhir. Kian hari terasa makin menyulitkan. Khususnya bagi mereka yang kekurangan, buruh lepas dan pekerja harian, susah mencukupi keperluan. Di atas seluruh ikhtiar kita, tiada kekuatan dan upaya namun sepenuhnya dari Yang Maha Kuasa. Konsisten untuk optimis, ikhtiar yang optimal dan bertawakal kepada-Nya. Sampaikan rasa takut kita kepada-Nya dalam tiap-tiap do’a sepanjang sepertiga malam, sebab Dia Maha Pelindung, Pengasih dan Penyayang. Wallahua’lam!
Post a Comment for "Sinar Keinginan di Tengah Pandemi"